24 Desember 2008

Ikal saja bisa, berarti kita bisa…….


Ikal saja bisa, berarti kita bisa…….

Ya.. mungkin aku termasuk "korban dari tetralogi Laskar Pelangi, terlepas semua cerita yang Andrea tulis itu aseli atau tidak fiksi atau non fiksi, ada banyak hikmah yang dapat kita ambil, dari kegigihan dalam mendapatkan ilmu pengetahuan di bangku sekolah guna meraih mimpi-mimpi yang "harus" menjadi kenyataan. Di Maryamah Karpov, seri tetralogi terakhir dari Laskar Pelangi, ikal berpesan bahwa bermimpilah banyak kejadian yang luar biasa, yang tidak terduga, dan membawa kita menemukan hal-hal yang baru yang "mungkin" baru pertama kali kita dapatkan.

Tuhan menciptakan kita hakikatnya memiliki kemapuan yang sama, hanya tergantung kita saja bagamiana mengembangkan kemapuan itu. Memang setiap orang memiliki kelebihan tetapi dibalik kelebihan itu ada juga kekurangan, dan semua orang pasti memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, namun itu dapat diatasi dengan kemauan kita untuk mau mengeksploitasi diri kita untuk mendapatkan kelebihan yang kita tidak punya, dan bagaimana caranya agar kekurangan kita dapat tertutupi.

Kunci dari itu adalah keinginan yang kuat untuk meraih keberhasilan, Laskar Pelangi itulah contohnya, merekalah adalah motivator yang nyata atas keputus asaan kita, bukan sekedar teori-teori yang sering diucapkan oleh para "motivator" sukses, Bu Guru Muslimah adalah praktisi motivator yang sudah terbukti keberhasilannya, meskipun tidak "bersertifikat". Ikal adalah hasil dari buah mimpi-mimpi yang jika di atas kertas sangat mustahil terwujud, namun berkat usaha yang keras, bimbingan sang motivator bu Mus, iya menjadi berhasil.

Memang ada betulnya juga keberhasilan kita itu ada di dalam kemauan diri kita, bukan tergantung dari orang lain, orang lain itu merupakan perantara kita untuk meraih keberhasilan, orang lain itu adalah motivator-motivator kita, mereka adalah bahan bakar agar kita menjadi maju, percuma saja kalau bahan bakarnya bagus tapi mesinnya tidak mau jalan, mubazir jadinya.

Kalau Lintang ?

Meskipun lintang itu fiksi, tapi rasanya aku merasa takjub dengan dia, kemampuan yang luar biasa kemampuan yang sangat menggagumkan dibutanya takjub dengan pemaparan yang detail dan akurat (di Maryamah karpov) lantas aku berfikir apakah aku bisa ? seperti yang diutarakan diatas, aku harus yakin bahwa kita semua bisa untuk menjadi lintang, bisa menjadi lintang, menjadi bu Mus dan tentunya menjadi  ikal, kita diciptakan memiliki kemapuan tinggal bagaimana kemauan kita untuk mewujudkan kemampuan itu, jadi……………. Kamu harus bermimpi dan terus berjuang mewujudkan mimpi itu lantas ingat kita akan menemukan hal-hal yang sangat luar biasa dalam usaha mewujudkan mimpi-mimpi itu….

19 Desember 2008

Ya Robb...


Ya... Allah aku hanya seorang hamba yang lemah
Masih banyak hari-hariku aku isi dengan kepentingan dunia semata
Banyak kewajiban-kewajiban ku kepada Mu yang aku abaikan
Banyak hal-hal dzolim yang aku jalani
Segunung alpaku terhadap mu Ya Roob
Kalau seumpamanya ditimbang antara pahala kebajikan dengan dosa-dosa yang aku pikul niscaya tidak kuat neraca untuk menimbang dosa-dosa itu.
Robbana......
Bimbing diri ini agar selalu berada dijalamu, tuntun aku agar selalu beriman kepada Mu....
Izinkan aku untuk dapat selalu memupuk ladang amal di dunia ini

28 Oktober 2008

Yuuuuhuuu....


memang kalau yang kuta maksud nga' nyambung bener-bener ngeselin, kita maksud apa orang lain maksudnya apa udah gitu merasa benar lagi, kalau kita kekeh sedikit dibilangnya sok tau, ngotot, ngeleyel...

yach sudah lah , namanya juga pelajaran hidup, kita harus bisa melalui kejadian-kejadian yang bisa membuat kita kesal, tapi ya memang harus dihadapi, kita tidak bisa mengelak lagi. menerima dengan lapang dada ikhlas tapi harus tepat berusaha mencapai yang terbaik itu adalah langkah yang aku harus tempuh.
tidak bisa tidak, semua ini harus dijalani, kata salah seorang teman, kunci masalah terbesar dari kita adalah kurang ikhlas dan tidak sabar, padahal ikhlas dan sabar merupakan modal kita untuk mencapai kesuksesan, dari semua buku yang sudah aku baca, kunci kesuksesan adalah Ikhas, sabar dan terus berusaha, rintangan seberat apapun harus kita hadapi, kenyataan pahit apapun harus kita terima, tanpa mengeluh.

Permasalahannya adalah, semua teori itu begitu mudah diucapkan tapi sulit sekali diwujudkan (termasuk saya hiks..hiks..hiks...) sangat-sangat-sangat sulit, emosi diri ini sagat sulit sekali dikendalikan agar sesuai dengan apa yang sering kita ucapkan
Apakah ini sifat dasar kita sebagai manusia atau memang dasar Nur saja yang bebel ??? (semoga saja aku dapat segera mendapatakan jawaban dan jalan keluarnya....)


Wassalam,

    nr
/Gantungkan azam dan semangatmu setinggi bintang di langit dan rendahkan hatimu serendah mutiara di lautan/

21 Oktober 2008

emmm...


"Dalam hidup,terkadang kita lebih banyak mendapatkan apa yang tidak kita inginkan. Dan ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan, akhirnya kita tahu bahwa yang kita inginkan terkadang tidak dapat membuat hidup kita menjadi lebih bahagia"


Mungkin ini jawaban atas apa yang aku tanya-tanyakan dari dalam diri ini, memang teori lebih mudah dari pada prakteknya. Mengajari orang lebih mudah dari pada melakukannya sendiri.

tapi paling tidak kata-kata di atas menjadi, bantalan atas semua yang terjadi saat ini, kita memang tidak tau atas apa yang akan terjadi, tapi apa karena ketidaktauan itu kita menjadi takut melakukan sesuatau ? padahal Allah punya sekenario yang maha tepat untuk kita.....

memang kita selalu merasa kurang aja atas semua yang diberikannya, Masya Allah....

09 September 2008

Cinta Membingkai Puasa


Kolom Hilmah Republika 5 September 2008

''Demi Allah, yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya. Sesungguhnya, bau mulut orang yang berpuasa lebih disukai Allah daripada harum minyak kasturi.'' (HR Bukhari).

Kita ini ada di dunia karena diciptakan Allah. Bisa hidup karena diberi makan, minum, dan udara oleh Allah. Sungguh celaka jika terbetik niat lain sewaktu berpuasa, selain karena memenuhi kehendak dan perintah Allah.Sungguh, berbeda dengan amal ibadah yang lain, kita merasakan getaran cinta Penguasa Alam Raya dalam perintah puasa ini. Getaran cinta dan kasih Allah itu dapat dirasakan pada hadis di atas.

Cobalah pahami bahasa hadis tersebut. Bukankah ini ungkapan cinta yang melimpah dari Allah kepada hamba-Nya yang berpuasa? Kita semua paham bahwa bau mulut orang yang berpuasa di manapun pasti sangat busuk. Itu wajar karena saat perut sedang kosong, asam lambung dapat memanjat sampai ke dinding mulut.

Saat berbicara, menguap, atau bahkan sekadar membuka mulut langsung akan tersebar aroma yang membuat orang menutup hidungnya. Namun, bagi Allah, seseorang yang berpuasa telah mengorbankan makan, minum, dan syahwatnya hanya karena Allah. Allah sungguh cinta pada pengorbanan mereka. Dan, cinta itulah yang menjadikan bau mulut mereka dihargai Allah lebih wangi dari minyak kasturi.

Subhanallah, betapa besarnya cinta kasih Allah terhadap orang yang berpuasa. Banyak sekali amal perbuatan kita ini yang pahalanya dijanjikan Allah kepada kita secara kalkulatif. Contoh, shalat jamaah menaikkan derajat kita di sisi Allah hingga 27 derajat. Bersedekah dilipatgandakan Allah pahalanya hingga 700 kali lipat.

Begitu pula shalat di Masjidil Haram yang pahalanya 100 ribu lebih utama dibandingkan shalat di masjid biasa. Semuanya dijanjikan Allah dalam hitungan-hitungan yang jelas. Tapi, untuk puasa, Allah mengungkapkan apresiasi-Nya yang tinggi. ''Puasa itu untuk-Ku dan biar Aku yang menganugerahkan pahalanya.'' Bukankah ini sebuah ungkapan sentimental yang diwarnai dengan kecintaan? (ah)
dari: http://www.republika.co.id/launcher/view2/mid/161/news_id/1555

eemmm...........


he..he..he..
sahur kemarin, nonton Para Pencari Tuhan eh.. tumben-tumbenan Pak Jalal ngomong bener he..he.he.. ceritanya dia ulang tahun truz dirayain dengan pertandingan karambol, pada saat sambutan dia ngomong gini " kagak usah ngucapin selamat ulang tahun belom tentu ditahun yang kemarin gue selamat dari dosa-dosa, kagak perlu juga ngedoain pajang umur karena siapatau kalau panjang umur malah panjang juga dosa gua, biar Allah yang ngatur umur gua"  he..he..he.. ngedengernya lucu tapi kalau difikir-fikir bener juga sih....  he..he...he...
 

08 September 2008

Menjaga Hati, Lisan, Mata dan Telinga


dari Hidayatullah.com

Imam Al-Ghazali mengatakan, mereka yang selamat dalam Ramadhan jika berada dalam kategori khususul khusus atau al-Khawwas. Mereka menjaga telinga, mata, lisan, tangan dari maksiat

Hidayatullah.com--Jika ada yang bertanya, sudah berapa kali anda berpuasa Ramadhan? Tentu kita bisa menjawabnya dengan mudah. Tapi jika pertanyaan itu diteruskan, apa hasil puasa anda selama itu? Terhadap pertanyaan tersebut, biasanya kita sulit menjawab. Mengapa? Dibandingkan dengan hikmah dan fadhilah yang ditawarkan Ramadhan, rasanya terlalu sedikit yang telah kita capai.

Revolusi kejiwaan yang semestinya terjadi setelah kita berpuasa sebulan penuh hingga puluhan kali Ramadhan masih juga belum kunjung tercapai. Yang terjadi justru hanyalah rutinitas tahunan: siang hari menahan diri dari lapar dan dahaga, selebihnya tidak terjadi apa-apa.

Imam Al-Ghazali mengelompokkan kaum Muslimin yang berpuasa dalam tiga kategori. Pertama, mereka yang dikelompokkan sebagai orang awam. Kelompok ini berpuasa tidak lebih dari sekadar menahan lapar, haus, dan hubungan seksual di siang hari Ramadhan. Sesuai dengan namanya, sebagian besar kaum Muslimin berada dalam kelompok ini.

Kedua adalah mereka yang selain menahan lapar, haus dan hubungan suami isteri di siang hari, mereka juga menjaga lisan, mata, telinga, hidung, dan anggota tubuh lainnya dari segala perbuatan maksiat dan sia-sia. Mereka menjaga lisannya dari berkata bohong, kotor, kasar, dan segala perkataan yang bisa menyakiti hati orang. Mereka juga menjaga lisannya dari perbuatan tercela lainnya, seperti ghibah, mengadu domba, dan memfitnah. Mereka hanya berkata yang baik dan benar atau diam saja.

Dikisahkan dalam kitab Ihya-ulumuddin, bahwa pada masa Rasulullah saw ada dua orang wanita. Pada suatu hari di bulan Ramadhan, saat mereka sedang berpuasa, rasa lapar dan haus tak tertahankan lagi hingga hamper-hampir saja menyebabkan keduanya pingsan. Maka diutuslah seorang pria untuk menghadap Rasulullah saw untuk menanyakan, apakah mereka boleh membatalkan puasanya. Rasulullah saw tidak langsung memberi jawaban, akan tetapi beliau justru mengirimkan sebuah mangkok, kemudian berpesan kepada utusan tersebut: " Muntahkan
ke dalam mangkok ini apa yang telah dimakan".

Peristiwa ini nampaknya mengundang perhatian banyak orang. Mereka yang menyaksikan peristiwa itu sangat terkesima melihat salah seorang wanita itu memuntahkan darah segar dan daging lunak sebanyak setengah mangkok, wanita satunya lagi pun memuntahkan hal yang sama hingga mangkok tersebut menjadi penuh. Setelah itu Rasulullah bersabda: "Dua perempuan tadi telah merasakan apa yang oleh Allah dihalalkan bagi mereka dan telah membatalkan puasa mereka dengan melakukan hal-hal yang dilarang Tuhan. Mereka telah duduk bersama dan bergunjing. Darah dan daging segar yang mereka muntahkan adalah darah segar orang yang telah mereka gunjingkan".

Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda: "Ada lima perkara yang membatalkan puasa, yaitu: berbohong, bergunjing, memfitnah, mengucapkan sumpah palsu, dan memandang dengan nafsu".

Kelompok kedua ini juga bisa menjaga mata dari melihat segala sesuatu yang dilarang syari'at. Matanya tidak dibiarkan liar memandang aurat perempuan atau lelaki yang tidak halal, baik secara langsung, maupun melalui tontonan televisi, gambar dan foto. Mereka sadar bahwa mata adalah panahnya setan, jika dibiarkan liar maka mata itu bisa membidik apa saja dan nafsu manusia cenderung membenarkan dan mengikutinya. Tentang bahaya pandangan ini, Rasulullah mengingatkan: "Pengaruh ketajaman mata adalah hak. Bila ada sesuatu yang mendahului taqdir maka itu adalah karena pengaruh ketajaman mata". [HR. Muslim]

Tak kalah pentingnya adalah menjaga telinga dari mendengar segala sesuatu yang menjurus kepada maksiat. Mereka yang termasuk kelompok ini tidak akan asyik duduk bersama orang-orang yang terlibat dalam perbincangan yang sia-sia. Termasuk perbuatan sia-sia adalah mendengar lagu-lagu yang syairnya tidak mengantarkannya pada mengenal kebesaran Allah. Mereka juga meninggalkan percakapan penyiar dan penyair yang menghambur-hamburkan kata tanpa makna.

Mereka segera meninggalkan orang yang sedang ghibah, apalagi memfitnah, karena mereka sadar bahwa orang yang mengghibah dengan orang yang mendengar ghibah itu sama nilai dosanya. Maka alternatifnya hanya dua, yaitu mengingatkan atau meninggalkan majelis tersebut.

Dalam hal ini Allah berfirman; "Maka janganlah kamu duduk bersama mereka sampai mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian) tentulah kamu serupa dengan mereka". [QS. An-Nisaa: 140]

Di bulan Ramadhan, kelompok ini juga menutup telinganya rapat-rapat dari segala suara yang dapat mengganggu konsentrasinya dalam mengingat Allah. Sebaliknya, mereka membuka telinganya lebar-lebar untuk mendengar ayat-ayat suci al-Qur'an, mendengar majelis ta'lim, mendengar kalimat-kalimat thayibah, dan mendengar nasehat-nasehat agama. Ketekunan dan kesibukan menyimak kebaikan dengan sendirinya akan mengurangi kecendrungan mendengar sesuatu yang sia-sia, apalagi yang merusak nilai ibadahnya.

Selebihnya, mereka juga menjaga tangan, kaki, dan seluruh anggota tubuhnya dari segala yang dilarang syari'ah. Mereka menjaga tangannya dari memegang sesuatu yang tak halal. Mereka juga mengendalikan kakinya dari melangkah ke tempat yang haram. Demikian juga terhadap perutnya, mereka menjaga agar perutnya hanya diisi makanan yang halal saja. Baik ketika sahur maupun pada saat berbuka puasa.

Dalam pandangan Islam, makanan haram itu sama dengan racun, sedangkan makanan halal itu adalah obat, jika diminum sesuai dengan porsi dan dosis yang tepat. Tapi jika jika dikonsumsi secara berlebihan, maka makanan itu bisa berubah menjdai racun yang sangat membahayakan kesehatan tubuh. Itulah sebabnya, orang-orang yang berpuasa secara benar terlatih untuk hanya memakan makanan dan minuman yang halal saja. Itupun dalam takaran dan dosis yang normal, tidak berlebih-lebihan. Mereka tidak akan berbuka puasa dengan cara makan dan minum berlebih-lebihan.

Jika kaum Muslimin berpuasa seperti puasanya kelompok yang kedua ini, sungguh akan terjadi perubahan social yang luar biasa. Antara sebelum dan sesudah Ramadhan pasti ada perubahan sikap, perilaku, dan tindakan yang khas. Jika perubahan itu dilakukan oleh sebuah masyarakat yang hidup dalam sebuah Negara yang bernama Indonesia, maka revolusi moral pasti terjadi secara nyata.

Tak perlu dibentuk Komisi Anti Korupsi, karena sudah tidak ada lagi pelakunya.
Sayang, untuk target minimal tersebut kita masih belum bisa melakukannya. Akibatnya, antara sebelum dan sesudah puasa tidak terjadi apa-apa. Yang sebelum Ramadhan merokok, sesudah puasa kembali merokok. Bila sebelum puasa korupsi, sesudah puasa, praktek itu diulangi kembali. Padahal jika target menjadi kelompok kedua ini tercapai, separoh permasalahan Negara dan bangsa bisa diatasi. Apalagi jika kita bisa mencapai target yang lebih tinggi, menjadi kelompok ketiga.

Adapun kelompok ketiga, menurut Al-Ghazali adalah mereka yang berada dalam kategori khususul khusus atau al-Khawwas. Mereka tidak saja menjaga telinga, mata, lisan, tangan, dan kaki dari segala yang menjurus pada maksiat kepada Allah, akan tetapi mereka juga menjaga hatinya dari selain mengingat Allah. Mereka mengisi rongga hatinya hanya untuk mengingat Allah semata-mata. Mereka tidak menyisakan ruang sedikitpun dalam hatinya untuk urusan duniawi. Mereka benar-benar mengontrol hatinya dari segala detakan niat yang menjurus pada urusan duniawi.
[Hamim Tohari/www.hidayatullah.com]